6 Cara Membentuk Karakter Anak

Mother Helping Son With Homework Sitting At Desk In Bedroom

Jum’at, 2 Mei 2025

Klite_Media. Semua sepakat, pendidikan anak itu penting, bukan sekedar mengejar masa depan yang lebih baik, tetapi lebih dari itu, bisa memberikan dampak positif bagi dirinya dan orang lain. Pendidikan yang menciptakan manusia berkarakter diawali sejak dini, sejak dalam kandungan, sejak pendidikan dini bersama ayah dan ibu. Jika ditelusuri berdasarkan data, persentase kesadaraan mendidik anak, hanya sebatas kontak fisik, hukuman, dibentak dan sebagainya. Mengerikannya lagi, orang tua bangga jika, dikatakan bahwa dia desigani oleh anak-anaknya, mereka selalu nurut jika ‘saya’ yang menyuruh.

Coba kita tengok data, Di Indonesia, masih banyak orang tua yang menggunakan beragam bentuk kekerasan fisik dan psikologis dalam mendidik anak. Hasil survey dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2014, yang mengambil sampel 75 ribu rumah tangga dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia, ditemukan 23,17% orang tua (1/4 total responden), menggunakan cara-cara kekerasan fisik dan psikologis dalam mendidik anak mereka (Mardina, 2018). Bentuk kekerasan fisik yang paling banyak ditemui adalah mencubit dan menjewer (30,97%), lalu menampar, memukul dan menendang (4,34%), dan mendorong dan mengguncang badan (3,3%) sedangkan bentuk kekerasan psikologis yang paling banyak dijumpai adalah membentak dan menakuti (41,86%), dan diikuti oleh mengatai dengan panggilan buruk seperti bodoh dan sebagainya (12,44%). 

Bagi sebagian masyarakat Indonesia, belum memahami bentuk tindakan yang tergolong keras terhadap anak. Dan ini cukup mengejutkan, karena tindakan seperti mencubit dan menjewer masih dianggap wajar. Menurut beberapa literasi yang termasuk tindakan keras itu, seperti menjewer, mencubit memukul, melempar dengan benda dan lain-lain. Sementara tindakan yang sifatnya psikologis yang memengaruhi prilaku anak, seperti mengejek (cemooh), mengatai, merendahkan, memaki dan sabagainya. Lantas apa saja tindakan-tindakan yang termasuk kekerasan fisik dan non-fisik (verbal/psikologis/emosional), apa dampak yang ditimbulkan, dan alternatif atau cara mendidik bagaimana yang sebaiknya dilakukan.

Tindakan-tindakan yang termasuk ke dalam tindakan kekerasan terhadap anak. Menurut Kantor Pusat Layanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), terdapat beberapa jenis kekerasan terhadap anak yaitu kekerasan fisik, kekerasan emosional, kekerasan seksual, pengabaian dan penelantaran, dan kekerasan ekonomi (Mardina, 2018). Artikel ini hanya akan membahas kekerasan fisik dan kekerasan emosional. Disebutkan disana bahwa tindakan yang dapat digolongkan ke dalam jenis kekerasan fisik adalah memukul, menampar, menendang, mencubit, dan sebagainya, sedangkan yang termasuk kekerasan emosional dapat berupa mengancam, menakut-nakuti, menghina, mencaci, dan memaki dengan keras dan kasar. Jenis dan contoh kekerasan tersebut senada dengan yang dinyatakan dalam UN Convention on the Right of the Child and the World Report on Violence and Health oleh World Health Organization 2002 (Mardina, 2018). 

Dampak kekerasan pada Anak

American Psychological Association (APA), mengeluarkan pernyataan berdasar pada penelitian-penelitian longitudinal. Diantaranya :

Pertama, Hukuman fisik tidak efektif digunakan untuk memperbaiki perilaku anak, justru sebaliknya, menjadi risiko tumbuhnya beragam permasalahan emosional, perilaku, dan akademik.

  1. Tindakan memukul, dalam hal mendidik anak, tidak mengajarkan rasa tanggung jawab, kesadaran diri, dan kontrol diri.
  2. Tidak terjadi proses internalisasi atau pemahaman dalam diri mengapa sesuatu boleh dan tidak diboleh dilakukan. Anak hanya akan berusaha menghindari perilaku yang membuat mereka dipukul ketika ada orang tua saja.

Kedua, anak belajar dari melihat orang tuanya. Jika proses mendidik anak dengan kekerasan fisik, maka kekerasan itu akan dia contoh untuk mengatasi konflik kedepannya.

  1. Kekerasan fisik orang tua, justru mendorong anak untuk menjadi agresif. Dalam pernyataan publik lain yang dikeluarkan oleh the American Academy of Pediatric (Sege & Siegel, 2018), penggunaan kekerasan fisik sebagai hukuman dapat meningkatkan agresivitas pada anak usia prasekolah dan usia sekolah.
  2. Melemahkan hubungan orang tua-anak, dan meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental dan permasalahan kognitif anak.

Cara Mendidik Anak

Cara alternatif dalam mendidik yang dinyatakan oleh APA (Glickman, 2019) :

  1. Komunikasi yang penuh dengan sikap menghargai anak, berupaya melibatkan anak dalam menyelesaikan permasalahan (kolaboratif),
  2. Berikan contoh perilaku yang ingin diajarkan pada anak dalam kesehariannya. Anak akan membereskan kamar tidurnya sendiri, jika melihat kamar tidur orang tuanya rapi.  
  1. Orang tua motivasi. Bantu anak untuk percaya diri dan mampu menghadapi tantangan. 
  2. Mendukung Perkembangan Anak:

Mendukung keinginan dan bakat anak. Dukung anak untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya, serta berikan kesempatan untuk berkembang. 

Mengajarkan rasa tanggung jawab. Ajarkan anak untuk bertanggung jawab atas tugas dan pekerjaan rumah. 

Mengajarkan anak untuk menghargai orang lain. Ajarkan anak untuk bersikap ramah, peduli, dan menghargai hak orang lain

  1. Menerapkan Disiplin:

Menerapkan aturan yang jelas dan konsisten. Aturan yang jelas dan konsisten akan membantu anak memahami batas-batas perilaku yang diizinkan. 

Menghindari hukuman fisik atau verbal. Gunakan pendekatan yang lebih lembut dan positif, seperti menjelaskan konsekuensi dari perilaku buruk. 

Mengajarkan anak untuk mengontrol emosi. Bantu anak untuk mengenali dan mengelola emosinya dengan cara yang sehat. 

6. Minta bantuan psikiater untuk menangani permasalahan psikologis anak, jika sudah tidak bisa ditangani. Diharapkan nantinya ada dampak positif secara tidak langsung pada cara-cara pengasuhannya.