Bayangan Kelam Bunga Kemboja

Klite_Misteri

Hari ini anak laki-laki itu datang lagi, sering ku perhatikan ia selalu datang hanya untuk sekedar memegang dan memandangi bunga kamboja yang ku tanam di depan rumah dan ia juga selalu datang saat menjelang magrib, aku tidak tahu siapa anak laki-laki ini, karena setiap kudekati ia akan lari, kalau bisa ku gambarkan anak ini memiliki rambut pendek yang potongannya seperti mangkok, dia juga tidak terlalu tinggi, kalau di perhatikan ia seperti anak yang berusia 7 tahunan, kulit nya putih sekali bahkan bisa di bilang kulit nya sangat pucat, ia tidak kurus dan juga tidak terlalu gendut, mukanya terlihat seperti anak laki-laki pada umumnya hanya saja ia selalu terlihat ketakutan dan murung.

Awal pertama aku bertemu dengan anak ini adalah saat aku ingin keluar dari rumah untuk menyiram tanaman ku, aku tidak ingat tepat harinya kapan tapi aku ingat kejadian itu terjadi di sore hari menjelang magrib, aku melihat anak ini sedang memandangi bunga-bunga kamboja pada saat itu, aku coba untuk memanggil nya:

“Dek, Lagi ngapain? Suka bunga ya?”

Saat ku tanya seperti itu, anak itu langsung lari! aku tidak berfikir aneh pada saat itu, karena kupikir ia hanya anak yang pemalu, dan aku yakin ia juga takut karena di tanya oleh orang asing. Dan itu adalah pertemuan pertama ku dengan dia, ku pikir dia tidak akan datang lagi, namun ternyata keesokan harinya dia datang lagi, dan dia selalu melakukan hal yang sama, yaitu memandangi bunga-bunga kemboja yang ku tanam, dan setiap ku ajak mengobrol ia akan selalu lari. Dan ini terjadi sudah hampir 2 minggu.

Seperti yang kubilang, Hari ini anak itu datang lagi dan aku tahu dia akan lari kalau aku ajak bicara, jadi aku hanya akan memperhatikan anak ini dari jauh, ku perhatikan dia dari jauh dan lama-kelamaan aku merasa ada yang familiar dengan anak ini, seperti aku pernah melihat nya, tapi aku tidak ingat apapun. Rasa penasaran ku sangat kuat, siapa anak ini? Pertanyaan ini selalu berputar-putar di kepalaku, aku sangat ingin tahu tentang anak ini, jadi aku coba dekati dia berharap dia tidak akan lari kali ini, namun ternyata sama saja, anak itu lari lagi.

Lama termenung karena memikirkan tentang anak laki-laki ini, Aku tiba-tiba menyadari satu hal, aku sadar bahwa setiap kali anak itu lari, ia akan lari ke jalan menuju kebun milik kakek agus, tapi kebun itu sudah lama di tinggalkan sejak kakek agus meninggal 6 tahun yang lalu, di sana hanya ada rumah kayu tua yang pernah di tinggali oleh kakek agus dan juga kebun yang sudah di penuhi semak-semak belukar. Aku jadi semakin penasaran dan kawatir di watu yang bersamaan, anak sekecil itu… bukankah terlalu berbahaya bermain di tempat yang sepi seperti itu?.

Karena rasa penasaran ku yang sudah memuncak, akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti anak ini besok, karena aku tau dia pasti akan datang lagi besok. Dan benar saja keesokan harinya ia benar-benar datang, selalu dengan pakaian biru dan celana pendek warna hitam putih dengan motif kotak-kotak, muka yang murung, kulit yang pucat, anak ini selalu datang untuk menghampiri bunga kamboja yang sedang mekar itu, kali ini aku sengaja mendekati nya agar dia lari, sehingga aku bisa mengikuti dia, dan benar saat kudekati, dia langsung berlari.

Seperti yang ku bilang ia akan selalu lari ke arah kebun pak agus, aku mengikuti nya, selama aku mengikutinya, ia tidak pernah menoleh atau merasa aneh dengan diriku yang mengikuti nya, melewati kebun yang penuh semak belukar membuat nyali ku agak menciut, apalagi waktu sudah mendekati maghrib, tapi rasa takut ku tidak ada apa-apanya dengan rasa penasaran ku, aku tau ada yang aneh dengan anak ini.

Setelah mengikuti anak ini mungkin sekitar 10 menitan, tiba-tiba aku melihat anak ini masuk ke rumah kayu tua peninggalan pak agus, disitu aku langsung bimbang untuk mengikuti nya masuk atau tidak, ada rasa cemas dan rasa penasaran yang tercampur di diriku, cemas karena itu adalah rumah kosong dan sudah tua, tapi penasaran kenapa anak itu bisa masuk ke sana, dan kenapa anak itu main di rumah kosong yang bisa di bilang sangat menyeramkan. Bagaimana tidak menyeramkan, rumah itu seperti rumah hantu, kayu nya sudah berlumut dan berlubang di mana-mana karena termakan rayap, atap nya yang terbuat dari genting merah sudah terlihat mengelap menandakan rumah ini sudah tua, ada kursi kayu tua dan meja yang sudah di penuhi dengan tumbuhan rambat, seluruh rumah ini di keliling oleh Tumbuhan liar dan pohon-pohon besar yang membuat pencahayaan di sini sangat gelap. Benar-benar seperti rumah hantu…

Namun anak ini… sekali lagi membuat ku secara mentah-mentah melawan rasa takut ku dan memutuskan untuk masuk ke rumah tua itu, Pintu rumah nya sudah tidak terkunci dan terbuka, membuat ku bisa dengan mudah masuk ke sana, saat pertama kali ku injakan kaki ku di sana, bunyi kayu tua yang sudah rampuh terdengar sangat nyaring di kuping ku, rasa merinding mulai datang membuat bulu kuduk ku naik. Di dalam rumah ini isinya penuh dengan rumput liar, ada laci dan lemari kayu yang sudah di penuhi lumut, semua terlihat tua dan rusak, ada buku-buku tua yang tidak akan berani ku sentuh, ada bekas gelas kaca kecil di meja makan kayu yang sudah rapuh dan berdebu, ada kursi yang jatuh karena kaki nya sudah rusak di makan rayap, dapur yang sudah di penuhi tumbuhan liar dan bila ku perhatikan rumah ini memang terlihat seperti rumah tukang kebun pada umumnya, simple hanya ada ruang tamu, ruang makan, dan kamar, dan hampir semua ruangan di sini tidak punya pintu, jadi semua terbuka dan bisa di lihat oleh ku, tapi ruang yang mungkin adalah kamar dari pak agus tertutup sangat rapat.

Ku perhatikan pintu itu cukup lama, dan ada satu pertanyaan yang muncul di benak ku “ada apa di sana?” namun tiba-tiba aku jadi tersadar, dimana anak laki-laki itu? Bukan kah aku mengikuti nya masuk ke sini? Tapi dari tadi aku sudah berkeliling di rumah ini dan aku baru sadar bahwa anak ini tidak ada di mana-mana! Pada saat itu juga, rasa takut mulai merasuki ku lagi, aku sangat takut dan sadar bahwa bisa saja anak yang ku ikuti bukanlah manusia, melainkan hantu. Rasa takut ku sudah sangat kuat, aku memutuskan untuk keluar dari rumah ini, namun saat baru saja aku menginjakan kaki ku keluar dari rumah ini, aku mendengar suara seorang anak kecil, itu bukanlah suara yang menyenangkan di telinga, itu adalah suara tangisan, tangisan seorang anak kecil, dan itu berasal dari “RUANGAN ITU” ruangan yang pintu nya tertutup rapat, ruangan yang membuat ku penasaran akan apa yang ada di dalam sana. Tapi aku sudah terlanjur takut dan memutuskan untuk pergi dari rumah itu.

Namun tenang saja, aku keluar untuk meminta bantuan, aku terlalu takut untuk ke sana dan membuka pintu itu sendirian, akhirnya aku mengajak ayah ku untuk membantu ku membuka pintu itu, ayah awalnya tidak setuju dan marah padaku karena pergi ke rumah kosong itu sendirian, namun setelah aku ceritakan semuanya, akhirnya ayah ku mau untuk membantu ku.

Aku kembali lagi ke rumah tua ini namun kali ini bersama ayah ku, aku masih merasa takut, tapi kehadiran ayah membuat rasa takut berkurang. Aku dan ayah pun masuk ke dalam, dan menjelaskan kepada ayah bahwa aku mendengar suara tangisan  anak kecil di ruangan ini, ruangan yang tertutup ini, ayah pun mencoba untuk membuka pintu tersebut dan ternyata pintu nya terkunci, butuh kunci tua yang mungkin hanya almarhum pak agus yang tau kunci itu dimana, tidak punya pilihan ayah ku pun akhirnya memutuskan untuk membuka paksa pintu ini, untung nya karena pintu ini terbuat dari kayu dan sepertinya sudah termakan rayap, membuka pintu ini dengan paksa jadi tidak terlalu sulit.

Hal pertama yang ku lihat dari ruangan ini adalah kasur kayu dan lemari kayu tua yang semua sudah di kelilingi oleh rumput liar dan terlihat rapuh, kasur kapuk nya juga sudah terlihat sangat kusam, gelap dan berjamur, tidak ada yang aneh, tidak ada anak kecil itu di sini, tidak ada yang menangis, tapi ada satu hal yang membuat ku merinding, di sana di dekat kasur ada sebuah “BUNGA KAMBOJA” yang sedang mekar, mirip seperti bunga kamboja yang ada di rumah ku, bunga itu tumbuh seperti tumbuhan liar, akar nya tumbuh di bawah kasur kayu itu, di kolong kasur itulah akar bunga kamboja ini berasal, entah kenapa aku merasa seperti di arahkan, aku merasa ada yang harus kulakukan di sini, bunga kamboja ini adalah tanda nya, dan aku mencoba untuk melihat kebawah kolong kasur untuk melihat apa yang coba bunga ini tunjukan pada ku, dan benar saja “ DIA ADA DI SANA” anak itu ada di sana, baju nya biru, celana nya hitam putih dengan corak kotak-kotak, dia ada di sana namun tidak dalam keadaan hidup, anak laki-laki itu sudah tinggal tulang belulang.

Aku yang terkejut langsung berteriak:

“Ayah!! Sini ayah!! Ayah itu ada mayat ayah!!”

Itu hal Pertama yang ku ucapkan pada ayah ku, setelah itu kami keluar dari rumah dan memanggil pak RT, dan pak RT memanggil polisi untuk melakukan investigasi, rumah tua sepi itu tiba-tiba menjadi ramai sekali, di penuhi warga yang penasaran dan polisi yang melakukan investigasi, rumah itu sudah di tandai garis kuning oleh polisi, yang menandakan ada nya investigasi di sana.

Semua terjadi begitu cepat, tiba-tiba sudah 5 hari kejadian ini berlalu , berita nya sudah tersebar di mana-mana, dan ternyata dari hasil Investigasi di temukan bahwa anak laki-laki ini meninggal karena pukulan benda tumpul dan nama anak ini adalah “Adji Desir” usia nya baru 6 tahun, dan dia adalah anak yang hilang di kampung ku 7 tahun yang lalu, tepatnya di tahun 2009, itulah mengapa aku merasa familiar ketika melihat anak ini.

Entah kenapa setelah mengetahui fakta ini, hatiku tiba-tiba sakit, anak sekecil itu harus meninggal dengan cara seperti ini, dan fakta bawa dia sudah ada di sana selama 7 tahun membuat ku tiba-tiba menangis, dia pasti sangat kesepian dan ketakutan. Aku juga jadi sadar kenapa ia jadi suka bunga kemboja dan selalu datang untuk sekedar melihat bunga kamboja di depan rumah ku, mungkin selama dia di sana, hanya bunga kemboja yang menemaninya, dan aku yakin sekarang Adji pasti sedang di surga dan tidur di hamparan bunga-bunga Kamboja yang ia sukai. (ANG)