“Bladder Control Problem” atau Gangguan Kantung Kemih

dr. Indra K Muhtadi

Pendahuluan
Perlu diwaspadai jika anda susah menghentikan aliran urin ketika buang air kecil.  Kemudian, mereka memiliki keluhan sering buang air kecil, namun volumenya sedikit atau tidak puas ketika buang air kecil, karena selalu terasa ada yang tersisa. Masalah ini bisa karena penyakit lain yang mendasarinya atau memang terdapat masalah pada sistem saluran kemih.

Proses Terjadinya Urine sampai BAK (Micturition)

  • Ginjal menghasilkan urin sebanyak 1-1,5 liter selama 24 jam. Urin ini ditampung dalam kantung kencing (bladder) sebelum dikeluarkan.
  • Walau pun bladder dapat menampung hingga 600 cc, tapi rasa ingin kencing akan datang saat bladder terisi 300 cc. Sejak terisi 300 cc, bladder mulai meregang menyebabkan syaraf di sekitarnya mengirimkan sinyal ke otak sehingga akhirnya timbul rasa ingin buang air kecil.
  • Walau pun tampaknya kita dapat mengontrol kapan buang air kecil, tapi proses pengeluaran dari bladder dilakukan secara otomatis oleh dua otot yaitu detrusor yang memeras bladder dan otot sphincter membuka leher bladder
  • Saat sudah kosong, maka otot detrusor kembali melemas sementara otot sphincter berkontraksi menutup bladder.
  • Kita dapat menyetop aliran urin di tengah-tengah dengan mengontraksikan otot sphincter eksternal yang mengakibatkan otot detrusor melemas dan urine berhenti mengalir.
  • Bila tidak dikeluarkan lama-lama sinyal ke otak menjadi sangat banyak, bladder sangat meregang, sampai urin tidak dapat ditahan lebih lama lagi.


Penyebab Bladder Control Problem

  1. Infeksi saluran kemih
  2. Efek samping pengobatan (obat hipertensi, obat alergi, obat tidur, narkotik, obat mengandung caffeine, dll.)
  3. Sembelit, sehingga feses yang menyumbat pada secum menjadi penghalang aliran urin
  4. Kelemahan otot di bladder karena beberapa masalah medis
  5. Overactive bladder
  6. Iritasi pada bladder
  7. Pembesaran prostat, dll.


Faktor Resiko Bladder Control Problem

  1. Merokok karena dapat membuat iritasi pada bladder
  2. Obesitas karena dapat mengurangi kekuatan kontraksi otot termasuk otot-otot yang dipakai untuk BAK
  3. Sering menahan BAK karena tidak sempat atau tidak menemukan WC
  4. Sembelit kronis karena dapat merusak otot-otot BAK
  5. Diabetes karena dapat merusak syaraf-syaraf BAK
  6. Cedera tulang punggung karena dapat membuat kelumpuhan syaraf-syaraf BAK
  7. Penyakit syaraf seperti stroke, multiple sclerosis, Alzheimer, Parkinson, dll.
  8. Kehamilan baik saat kehamilannya mau pun sesudah melahirkan.
  9. Menopause
  10. Hysterectomy (pengangkatan rahim), dll.

Dari 10 faktor resiko di atas, empat yang teratas adalah dikarenakan oleh gaya hidup yang banyak terjadi terutama di daerah perkotaan. Sehingga terkadang, walau pun sudah mengalami bladder control problem, yang bersangkutan tidak merasa memiliki masalah dan menganggap kondisinya merupakan bagian dari gaya hidupnya tadi.

Penanganan Bladder Control Problem
Mengubah gaya hidup adalah salah satu, penanganan faktor resiko terjadinya bladder control problem.  Termasuk di dalamnya menggunakan adult diapers bila memang ada dalam kondisi akan sulit untuk BAK, baik karena tidak sempat mau pun tidak menemukan WC.  A[asaja yang bisa  kita lakukan sendiri dalam penanganan bladder control problem.

  • Hindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi bladder seperti alkohol, caffeine, minum bersoda, minuman energi, yang asam-asam, dan merokok.
  • Jangan minum lebih dari 2 liter dalam 24 jam.
  • Buang air kecil secara teratur dengan membuat jadwal untuk BAK.
  • Jangan menahan BAK bila sudah terasa dan langsung dikeluarkan sejak rangsangan awal.
  • Bila tergolong obese, turunkan berat badan.
  • Gunakan popok dewasa (adult diapers).
  • Lalukan Kegel exercise.