Puasa Sehat Bebas Hipertensi

dr Indra K. Muhtadi
Puasa yang dilaksanakan oleh umat muslim seluruh dunia termasuk puasa di bulan Ramadhan, dalam ilmu gizi modern dikategorikan sebagai salah satu jenis intermittent fasting. Yaitu pola makan dengan siklus teratur antara waktu boleh makan dan waktu harus berpuasa; seperti jadwal puasanya umat Islam. Intermittent fasting ini oleh para ahli ternyata memberikan manfaat bagi penderita penyakit metabolisme, salah satunya hipertensi.

Banyak yang tidak menyadari bahwa tekanan darah sudah mulai tinggi, karena memang pada awal penyakit hipertensi hampir selalu tanpa adanya gejala (silent hypertension) yang dapat dirasakan. Oleh karena itu, pentingnya kita memiliki alat ukur tekanan darah (tensimeter atau sphyg-momanometer). Sehingga, kita bisa memantaukondisi tekanan darah dan segera bias konsultasi ke dokter ahli. Tekanan darah yang tidak terpantau dan berlangsung lama akan memicu komplikasi yang menyerang tubuh, seperti serangan jantungstroke, dll. Tidak sedikit pula seseorang rutin memeriksa sendiri tekanan darahnya, yang biasanya tanpa pendampingan medis; namun tetap terkena komplikasi hipertensi. Hal ini sampai terjadi karena ketika alat sudah menunjukkan angka yang tinggi, namun karena sudah terbiasa dan tidak ada gejala, mereka merasa masih aman-aman saja. Bahkan ada yang sampai menyalahkan alat mengatakan alat periksanya salah atau tidak akurat.Pola Makan Manusia Modern dan Hipertensi
Pola hidup manusia modern, cenderung bersifat “serba berlebihan  (world of excess), termasuk dalam urusan makan. Pola makan manusia modern saat ini tidak terlepas dari mengemil, sampai pada satu titik yang tidak ada waktu istirahat mengunyah antara sarapan dan makan siang, antara makan siang dan makan malam, atau antara makan malam sampai tertidur; karena selalu diselingi dengan mengemil. Tubuh akhirnya menjadi terbiasa mengkonsumsi kalori berlebihan, yang saat tidak mengemil akan terjadi kondisi craving for food atau sangat membutuhkan makanan; yang bila tidak ada asupan makanan, maka tubuh akan merasa lemas. Bayang-kan tubuh kita seperti sebuah mesin, maka bila terus harus memproses makanan tanpa istirahat ia akan bekerja lebih berat, termasuk sistem peredaran darah yang berisiko mencetus penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Intermittent Fasting
Seperti yang disinggung sedikit di atas, intermittent fasting mengatur jadwal orang yang melakukannya untuk makan dan berpuasa secara teratur. Bukan untuk memantang suatu jenis makanan, melainkan mengatur kapan kalori /makanan itu dapat dikonsumsi. Ada 2 cara yang sering dianjurkan dan dapat dilakukan dalam menjalani intermittent fasting:
Manfaat intermittent fasting dalam melatih metabolisme tubuh agar lebih efisien dengan 2 cara di atas, yang sudah diidentifikasi oleh para ahli di dunia di antaranya, sbb.:

 
Efek Berpuasa pada Sistim Cardiovascular
Bila kita membahas hipertensi, sudah tentu kita membahas suatu sistem di dalam tubuh kita yang sangat kompleks yaitu sistem peredaran darah dengan 2 organ utamanya jantung dan pembuluh darah atau disebut sistim kardio-vaskular (cardiovascular). Banyak sekali bahasan dan pertanyaan di dunia medis tentang berpuasa dan efeknya pada sistim kardiovaskular ini, seperti apakah aman untuk jantung, lalu apakah ada bahayanya bagi kardiovaskular. Nyatanya para ahli kardiologi juga endokrinologi di dunia kini justru merekomendasikan berpuasa (intermittent fas-ting) bagi penderita penyakit kardiovaskular karena memi-liki manfaat seperti ditulis di atas yang berdampak langsung dengan kesehatan jantung dan pembuluh darah. Bahkan bila tidak bisa melakukan puasa, hanya dengan membatasi makan/makan lebih sedikit juga sudah cukup bermanfaat.

Puasa, Metabolisme Tubuh, dan Tekanan Darah
Intinya, metabolisme adalah cara tubuh memproses apa yang kita berikan kepadanya. Dari perspektif pencernaan berarti menelan lalu memecah makanan, menyerap nutrisi, lalu membuang zat sisanya. Bayangkan metabolisme kita seperti sebuah otot, yang akan melemah dan menciut bila tidak dilatih. Maka saat sistim pencernaan dibanjiri dengan makan yang terlalu banyak dan terlalu sering, tubuh tidak harus banyak bekerja untuk menyortir apa yang berharga. Tubuh akan selalu mendapatkan yang dibutuhkan lalu menyisihkan yang tidak terpakai dengan cara membuang atau menumpuknya menjadi cadangan lemak.
 
Namun ketika berpuasa, kejadian kelangkaan makanan akan membuat tubuh harus mempertimbangkan kembali apa yang perlu dipertahankan. Ini akan membuat metabo-lisme tubuh bekerja lebih giat, pencernaan membutuhkan lebih banyak oksigen, pembuluh darah lebih menjadi terbuka, hingga dapat menurunkan tekanan darah. Tubuh kita sangat menyukai keteraturan dan rutinitas. Maka bagi orang yang tidak terbiasa, di awal melakukan aktivitas puasa akan sedikit menderita sampai tubuh terbiasa dengan cara dan pola makan yang baru. Tetapi setelah tubuh beradaptasi, berpuasa adalah salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan darah.

Efek Berpuasa bagi Non Penderita Hipertensi
Lalu bagaimana efeknya berpuasa umat Islam atau inter-mittent fasting tadi bagi orang yang tidak memiliki penyakit hipertensi? Apakah tekanan darahnya akan drop? Perta-nyaan ini dijawab oleh sebuah penelitian di Inggris dan dipublikasikan pada JAHA (Journal of American Heart Association) yang membandingkan tekanan darah sistolik dan diastolik subjek penelitian sebelum dan setelah bulan Ramadhan. Subjek penelitiannya adalah orang dewasa rata-rata berusia 45 tahun. Ternyata setelah Ramadhan tekanan darah sistolik mereka turun rata-rata 7,29 mmHg dan tekanan darah diastolik turun rata-rata 3,42 mmHg, terlepas mereka memiliki penyakit hipertensi atau tidak. Angka tersebut bagi seorang penderita hipertensi sangat signifikan, namun tidak sampai membuat orang tanpa hipertensi sampai menjadi berbahaya.
Manfaat puasa bagi metabolisme khususnya menurunkan tekanan darah lebih efisien terjadi pada orang yang sudah terbiasa berpuasa. Bagi yang belum terbiasa, mulailah dengan cara bertahap dan konsultasikan pada dokter Anda