Hidup Berdampingan Dengan Penderita NPD (Gangguan Kepribadian Narsistik)

Narcissistic Personality Disorder (NPD)

Penulis : Dr Indra K. Muhtadi

Redaksi-Klite. Gangguan Kepribadian Narsistik, atau dalam istilah medis dikenal sebagai Narcissistic Personality Disorder (NPD), adalah salah satu bentuk gangguan kepribadian yang sangat kompleks. NPD sering kali menampilkan diri melalui kepercayaan diri yang berlebihan, kebutuhan terus-menerus akan pengakuan, serta ketidakmampuan dalam merasakan empati terhadap orang lain. Namun, di balik permukaan yang tampak kuat dan dominan, sering tersembunyi rasa tidak aman dan kekosongan batin yang mendalam. Mereka merasa lebih penting dari orang lain dan mengharapkan perlakuan khusus yang dianggap pantas mereka terima. Ketika pengakuan atau pujian yang mereka harapkan tidak datang, mereka bisa merespons dengan kemarahan, frustrasi, atau bahkan menarik diri secara emosional. Dalam relasi sosial, mereka kerap dianggap sombong, egois, dan sulit untuk diajak kerja sama. Gangguan ini dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hubungan personal, pekerjaan, pendidikan, bahkan pengelolaan keuangan. Prevalensinya diperkirakan sekitar 6,2% populasi, dan lebih umum ditemukan pada laki-laki.

Ciri-Ciri Kepribadian Narsistik
Orang dengan NPD sering digambarkan sebagai pribadi yang arogan, mementingkan diri sendiri, dan sangat menuntut. Mereka mungkin menunjukkan percaya diri yang tinggi, namun sebenarnya memiliki kebutuhan yang berlebihan untuk dikagumi dan dipuji. Ketika menerima kritik, meskipun konstruktif, mereka cenderung merasa terancam dan bereaksi secara negatif. Mereka cenderung melebih-lebihkan pencapaian dan kemampuan mereka sendiri, sembari meremehkan kontribusi orang lain. Fantasi tentang kekuasaan, kesuksesan luar biasa, atau kecantikan yang ideal sering mendominasi pikiran mereka.
 
Dalam beberapa kasus, perilaku impulsif seperti berjudi, konsumsi zat adiktif, atau perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab dapat muncul sebagai bentuk kompensasi atas kekosongan batin mereka. Penting untuk membedakan antara kepercayaan diri yang sehat dan narsisme patologis. Seseorang dengan harga diri yang stabil biasanya rendah hati, mampu menerima kekurangan, dan terbuka terhadap kritik. Sebaliknya, individu dengan NPD menempatkan diri di atas orang lain dan memiliki kebutuhan konstan untuk mempertahankan citra tersebut. Dalam ilmu jiwa, terdapat dua tipe utama dari NPD. Keduanya memiliki inti sifat yang sama, yaitu: egosentrisme, rasa memiliki hak istimewa, dan minimnya empati, namun cara mereka menampilkan diri dalam interaksi sosial sangat berbeda.

1. Narsisme Terbuka (grandiose/overt)
Narsisme terbuka biasanya lebih mudah dikenali:

  • Mereka menikmati ketika dikagumi dan cenderung berusaha memperkuat persepsi positif tentang diri mereka dan kemampuan mereka.
  • Mereka menyangkal atau menolak informasi yang bertentangan dengan pandangan mereka terhadap diri sendiri.
  • Mereka dapat secara agresif berupaya menunjukkan dominasi atau superioritas, baik di lingkungan kerja, sekolah, maupun dalam hubungan pribadi. Hal ini terutama terjadi ketika mereka merasa status atau citra diri mereka sedang terancam.

 
Orang dengan tipe ini tampil dengan sifat:

  • Ekstroversi (terang-terangan)
  • Agresivitas
  • Rasa percaya diri atau harga diri yang terlalu tinggi
  • Kepribadian yang berani atau dominan
  • Arogansi, kepura-puraan, pesona yang menawan
  • Kecenderungan melebih-lebihkan kemampuan diri
  • Pikiran diri sendiri sempurna atau lebih unggul
  • Perilaku yang mencari perhatian atau suka pamer
  • Kecenderungan untuk bersikap manipulatif atau mengeksploitasi orang lain.

 
2. Narsisme tertutup (vulnerable/covert)
Sebaliknya, narsisme tertutup bersifat lebih internal:

  • Mereka tampak pemalu atau tertutup, namun di dalam dirinya tersimpan perasaan superioritas yang tinggi.
  • Mereka mencari kekaguman dengan cara yang kurang mencolok, misalnya dengan bersikap negatif atau merendahkan diri agar mendapatkan pujian, sebagai cara untuk memperkuat rasa harga diri mereka.
  • Mereka sangat sensitif terhadap perlakuan yang mereka anggap sebagai penghinaan atau kritik.
  • Mereka sering membandingkan diri dengan orang lain, dan akibatnya bisa menunjukkan rasa iri atau bahkan schadenfreude, yakni perasaan senang secara diam-diam ketika orang lain mengalami kesulitan.
  • Namun, di balik sikap tersebut tetap terdapat keyakinan mereka lebih baik dari pada orang lain.

 
Individu dengan tipe ini tampil dengan sifat:

  • Introversi (menutup diri)
  • Harga diri rendah atau perasaan tidak aman
  • Kepribadian yang sensitif atau defensif
  • Rasa iri atau perilaku pasif-agresif
  • Perilaku penuh kecurigaan/cenderung menghindar
  • Neorotisisme (kecenderungan mengalami emosi negatif secara berlebihan)

Kesulitan mengatur atau mengendalikan emosi.

Ciri NPD

Tips Menghadapi Seseorang dengan NPD

  1. Edukasi diri tentang NPD. Orang dengan kepribadian narsistik sering digambarkan sebagai pribadi yang menawan dan menyenangkan, sehingga mudah untuk mengabaikan perilaku mereka yang sebenarnya merugikan. Menjadi penting memahami tanda-tanda NPD agar dapat mengenali pola perilakunya, serta menetapkan ekspektasi yang lebih realistis.
  2. Bangun harga diri yang sehat. Perkuat kepercayaan diri dan miliki dukungan sosial agar lebih tahan terhadap perilaku menyakitkan dari mereka yang narsistik.
  3. Belajar membela diri. Kadang, mengabaikan sesuatu atau memilih untuk tidak menanggapi adalah pilihan yang bijak. Namun, strategi ini tidak selalu efektif dalam semua hubungan, terutama jika berhubungan dengan atasan, pasangan, atau orang tua. Jika merasa batasan dilanggar, sampaikan keberatan dengan tenang dan jelas. Jelaskan bagaimana kata-kata atau perilaku mereka berdampak pada diri, dan nyatakan secara spesifik apa yang tidak bisa diterima serta bagaimana ingin diperlakukan.
  4. Tegakkan batasan yang konsisten. Tentukan batas yang jelas. Sampaikan keberatan dengan tenang dan jelas saat dilanggar dan pastikan ditindaklanjuti. Hindari hanya mengancam tanpa tindakan nyata.

Ketahui kapan saatnya menjauh. Hubungan sebaiknya diakhiri jika sudah merasa dimanipulasi, diisolasi, atau menjadi korban kekerasan, baik secara verbal, emosional, maupun fisik. Tanda-tanda kekerasan meliputi penghinaan, gaslighting (membuat orang lain meragukan realitas, ingatan, atau persepsi mereka sendiri), kontrol berlebihan, serta perlakuan kasar seperti pemukulan, atau pelecehan seksual.

Profile Penulis