Shifting From Start Up To Corporate Entrepreneurship: Manajemen Dan Karyawan Berfikir System
Meriza Hendri Rabu, 17 Desember 2024
Rumah BUMN Cirebon : Kemampuan berfikir sistem, manajemen dan karyawan dalam rangka mencapai sustainable competitive advantage
SHIFTING FROM START UP TO CORPORATE ENTREPRENEURSHIIP, DISKUSI LINGKUNGAN BISNIS
SHIFTING FROM START UP TO CORPORATE ENTREPRENEURSHIP: DISIPLIN AKSI PERKUAT BERFIKIR
Ada yang menarik ketika founder berproses dalam membangun bisnis sampai bisnisnya tumbuh dan berkembang yaitu berhubungan dengan berfikir sistem. Bagi founder, utamanya mereka adalah bagaimana bisa mendapatkan sebuah solusi atas apa yang dipermasalahkan oleh konsumen karena awalnya mereka berbisnis adalah menyelesaikan masalah konsumen ataupun memenuhi kebutuhan konsumen atas sebuah produk.
Solusi bagi konsumen adalah sesuatu yang bersifat mandatory yang harus diberikan oleh founder agar produk yang mereka buat bisa diterima dan bahkan membuat konsumen puas. Solusi itu bisa berupa barang, jasa, informasi, pengetahuan, pengalaman, tempat, event dan sebagainya. Yang utama adalah bagaimana permasalahan konsumen dapat terselesaikan dan membuat mereka puas dan bahkan loyal kepada produk yang ditawarkan oleh founder.
Inilah yang perlu menjadi pemikiran setiap manajemen dan karyawan dalam perusahaan dalam konteks shifting dari start up menjadi corporate entrepreneurship dimana kemampuan berfikir mereka perlu ditingkatkan khususnya berfikir sistem. Konteksnya tidak lagi asal berfikir akan tetapi harus bisa memberikan solusi kepada permasalahan yang ada diperusahaan, baik permasalahan yang dihadapi oleh konsumen, apalagi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan.
Berfikir sistem ini menuntut cara pandang yang lebih luas dari seorang manajemen dan karyawan yang dimulai dari input – proses – output – outcome sampai dengan impact. Cara berfikir ini menjadi sangat penting dimiliki setiap manajemen dan karyawan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai yaitu menjadi SOLUSI bagi konsumen atas permasalahan yang mereka hadapi dan juga kebutuhan mereka atas sebuah produk.
Oleh karena itu, founder perlu meningkatkan kemampuan berfikir sistem manajemen dan karyawan dalam konteks shifting perusahaan dari start up menjadi corporate entrepreneurship dalam rangka mencapai sustainable competitive advantage.
1. Input dalam berfikir adalah data yang harus dipahami dengan baik oleh manajemen dan karyawan dan ini berawal dari pemahaman atas fenomena yang mereka lihat, rasakan atau dengar dimana terjadi gap antara yang seharusnya dan apa yang sedang terjadi. Fenomena ini didukung oleh data yang valid dan kemampuan analisis yang kuat untuk bisa dianalisis dampak, apakah signifikan atau tidak. Tingkat signifikansi ini menentukan apakah fenomena menjadi masalah atau tidak.
2. Tahap kedua adalah bagaimana dicarikan alternatif solusi atas akar masalah yang terjadi dengan dukungan berfikir kreatif dan inovatif. Alternatif-alternatif solusi tersebut di evaluasi untuk mendapatkan satu solusi yang difikirkan sampai dengan solusi.
3. Tahap ketiga didapatkan sebuah solusi atas ide-ide yang sudah dianalisis. Penting bagi setiap manajemen dan karyawan untuk membuat keputusan.
4. Fokus pada solusi atas masalah yang dihadapai dengan menjalankan keputusan tersebut dengan baik dan optimal. Permasalahan yang ditemui di fenomena perlu diselesaikan.
5. Tahap terakhir adalah impact dimana dampak atas keputusan tersebut dalam jangka panjang dan harus diperhitungkan oleh setiap manajemen dan karyawan. Kemampuan berfikir sistem ini sangat diperlukan oleh founder dari setiap manajemen dan karyawan dalam konteks shifting perusahaan dari start up menjadi corporate entrepereneurship