Serba-Serbi Kacamata dan Kegunaannya_1
dr. Indra K. Muhtadi
Kacamata dapat membantu seseorang agar melihat lebih jelas, tapi banyak yang tidak sadar bahwa dirinya sudah mulai memerlukan kacamata. Karena banyak yang berang-gapan bahwa mata yang dimilikinya sehat dan selamanya akan sempurna. Padahal sesehat dan sesempurna apapun penglihatan seseorang ketika masih muda, seiring dengan bertambahnya usia, ia akan memerlukan bantuan kaca-mata. Berkurangnya kemampuan mata untuk dapat melihat jelas sering tidak disadari karena prosesnya berjalan perlahan sehingga terjadi mekanisme adaptasi. Sebagian besar orang baru sadar ketika gangguan itu sudah semakin berat sehingga mulai mengganggu, atau kebetulan sedang diperiksa di optik atau sedang berobat ke dokter.
Tanda dan Gejala Sudah Membutuhkan Kacamata
Ketika mata sudah harus dibantu dengan kacamata tetapi tidak memakainya, maka akan muncul gejala/gangguan. Sebelum gangguan itu datang, disarankan untuk rutin memeriksakan mata ke dokter setidaknya 1 kali dalam setahun. Tanda dan gejala umum yang muncul adalah:
- Pandangan kabur
- Pandang menjadi double atau ganda
- Mata harus dipicingkan agar benda terlihat lebih jelas
- Terjadi distorsi saat memandang suatu benda
- Batas tepi benda tidak jelas atau berbayang
- Pada kondisi sangat terang terlihat “halos” atau lingkaran di sekitar benda
- Kesulitan memfokuskan pandangan saat berkendara di malam hari, apa lagi sedang terjadi hujan
- Mata terasa cepat lelah
- Pusing dan/atau sakit kepala, bisa juga muncul migraine.
Jenis Gangguan Penglihatan
Artikel ini hanya membahas gangguan penglihatan (vision problems) yang dapat dikoreksi dengan bantuan kacamata, yang disebut juga sebagai gangguan rekfraksi, yaitu: myopia atau rabun jauh (nearsightedness), hypermetropia/ hyperopia/rabun dekat (farsightedness), presbyopia atau mata tua, dan astigmatism atau lebih dikenal dengan “mata silindris.” Refraksi adalah kemampuan membelokkan atau membiaskan cahaya oleh kornea dan lensa mata sedemikian rupa agar bayangan/pencitraan benda jatuh tepat pada retina. Gangguan rekfraksi terjadi saat bayangan tersebut tidak jatuh tepat atau tidak fokus pada retina. Hal ini dapat terjadi karena perubahan pada kornea, kelemahan otot siliaris, atau perubahan bentuk bola mata.
Rabun Jauh
Rabun jauh merupakan gangguan refraksi yang paling sering terjadi dan dapat terjadi pada semua usia. Di AS diperkirakan 30% populasi menderita rabun jauh. Dikenal juga dengan nama myopia atau dalam bahasa Inggris nearsightedness (lebih jelas melihat dekat). Gangguan ini membuat penderitanya melihat objek yang dekat (< 30 cm) dengan jelas, tapi kabur bila melihat objek jauh. Keluhan yang sering disampaikan tidak jelas melihat ke papan tulis, atau saat menonton TV. Myopia terjadi karena kornea dan/ atau bola mata menjadi lebih lonjong, sehingga bayangan benda jatuh di depan retina. Dikoreksi dengan lensa minus.
Rabun Dekat
Rabun dekat adalah gangguan refraksi yang dikenal dengan nama hypermetropia atau hyperopia. Dalam bahasa Inggris disebut farsightedness (melihat jauh lebih jelas). Kebalikan dengan rabun jauh, penderita hyperopia dapat melihat benda yang jauh dengan jelas namun kesulitan melihat benda yang dekat (< 30 cm). Gangguan ini bisa terjadi pada seluruh usia, namun lebih sering terjadi pada anak-anak di seluruh dunia. Diperkirakan terjadi pada 8,4% anak berusia 6-9 tahun, terjadi pada 2-3% anak berusia 9-14 tahun, dan pada 1% anak usia 14-15 tahun. Hyperopia terjadi karena bola mata lebih pendek atau ada abnormalitas bentuk kornea, sehingga bayangan jatuh di belakang retina. Hyperopia dapat dikoreksi menggunakan lensa plus.
Rabun Mata Tua
Gangguan yang terjadi pada seluruh orang ketika beranjak tua ini disebut dengan presbyopia dan merupakan tanda normal proses penuaan. Rata-rata seseorang mulai mengalami presbyopia pada usia 38-42 tahun. Hal ini terjadi karena otot siliaris yang mengontraksi dan merelaksasikan lensa mata tidak selentur atau se-flexible ketika muda, membuat fokus dari benda tidak jatuh tepat pada retina. Sehingga yang terjadi pada presbyopia adalah kombinasi dari myopia dan hyperopia. Gangguan rekfraksi ini dapat dikoreksi dengan lensa multifocal (dijelaskan di bawah).
Astigmatism
Gangguan refraksi astigmatism di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan “mata silindris,” yaitu ketika cahaya tidak terdistribusi secara merata pada retina membuat bayangan benda menjadi kabur atau tertarik/terdistorsi. Hal ini terjadi karena kornea tidak membulat sempurna. Astigmatism dapat terjadi pada seluruh usia dan dapat bersamaan terjadi dengan salah satu dari tiga gangguan refraksi yang dibahas di atas. Walaupun tidak seluruh penderita astigmatism mengalami distorsi pada penglihatannya, namun bila distorsi tersebut sudah mulai mengganggu maka dapat dikoreksi dengan lensa “silindris.”
Mengoreksi Gangguan Rekfraksi
Gangguan rekfraksi bukan suatu penyakit sehingga tidak ada obatnya. Yang dapat dilakukan adalah mengoreksi jatuhnya bayangan benda agar tepat, fokus, dan jelas pada retina. Koreksi gangguan refraksi tersebut paling umum adalah dengan menggunakan kacamata. Namun dapat juga dikoreksi menggunakan contact lens (lensa kontak) atau tindakan operasi (vision correction surgery). Ketiga cara ini memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga jenis koreksi yang dipilih tergantung kepada beberapa faktor seperti keparahan dan tipe dari gangguan, usia, biaya, gaya hidup, kesehatan secara umum, dan pilihan pribadi penderita.
Eye Exam (Pemeriksaan Refraksi)
Sebelum memutuskan jenis koreksi yang akan dipilih, dokter atau seorang rekraksionis yang biasanya bertugas di optik akan melakukan eye exam atau pemeriksaan refraksi. Di mulai dengan menggunakan phoropter secara digital, lalu dikonfirmasi melakukan tes dengan Snellen chart yang lebih objektif agar didapatkan ukuran dan jenis kacamata atau lensa kontak paling tepat yang akan digunakan. Jenis gangguan refraksi bisa sama tapi lebih sering berbeda antara mata kiri dan kanan. Dari eye exam ini akan didapatkan kekuatan lensa (spheris) berupa minus, plus, atau progresif. Lalu apakah dikombinasi dengan lensa silindris, dan juga diukur jarak kedua pupil (pupil distance).