Ketika “Cegukan” Perlu Penanganan
dr. Indra K muhtadi
Hiccups dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah cegukan; yang merupakan kejadian kontraksi dari otot diafragma yang tidak disadari dan terjadi secara tiba-tiba. Ketika otot diafragma kontraksi berulang kali, celah pada pita suara tertutup, menghambat udara keluar sehingga menimbulkan bunyi cegukan. Cegukan bukan suatu kondisi serius, namun dapat mengganggu bicara, makan dan tidur seseorang.
Penyebab Cegukan
Berbagai kondisi dapat dikaitkan dengan cegukan namun tidak ada yang dapat dipastikan menjadi penyebab cegukan itu sendiri. Kondisi-kondisi tersebut di antaranya:
- Bayi sampai dengan usia satu tahun, setelah menangis dan batuk sering mengalami cegukan.
- Bila seseorang makan terlalu cepat, maka akan banyak udara yang ikut tertelan bersama makanan dan akan dapat menyebabkan cegukan.
- Bila seseorang makan terlalu banyak lemak atau minum alkohol dan atau soda, maka dapat mengiritasi diafragma dan dapat menyebabkan orang tersebut rentan mengalami cegukan. Ini terjadi karena lambung yang berada di bawah diafragma mengembang; sehingga cegukan disebut sebagai suatu refleks agar orang tidak tersedak karena makan terlalu banyak.
- Makan dan minum dengan suhu ekstrim; terlalu panas atau dingin. Perubahan suhu yang mendadak ini dapat menyebabkan cegukan.
- Kebiasaan merokok yang kronis, dapat juga merusak saraf yang mengatur diafragma dan dapat menyebabkan cegukan.
- Orang yang terkena strokes (seperti yang pernah kita bahas juga) serta tumor otak dilaporkan sering mengalami cegukan. Demikian juga dengan trauma pada kepala, infeksi pada saraf otak seperti meningitis dan encephalitis.
- Kerusakan nervus vagus (yang disebut juga sebagai nervus 10), dapat menyebabkan cegukan yang bisa bertahan dalam waktu lama.
- Obat-obatan pemenang seperti diazepam, alprazolam, dan lorazepam juga apat menyebabkan cegukan. Demikian juga dengan ondansetron.
- Kecemasan atau stress dan juga terlalu senang dapat menyebabkan cegukan yang terkadang terjadi dalam waktu yang lama.
Kapan mencari pertolongan medis
Cegukan jarang sekali menjadi suatu kondisi kegawatdaruratan medis; namun seseorang harus menemui dokter bila terjadi kondisi-kondisi sbb.:
- Bila cegukan menjadi kronis dan menetap (bila lebih dari 3 jam).
- Bila sudah mengganggu tidur dan makan.
- Bila disertai dengan rasa sakit di perut, dan atau muntah
- Bila disertai dengan demam
- Bila disertai dengan sesak nafas atau terasa seperti tenggorokan susah untuk membuka.
Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis cegukan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jarang sekali dibutuhkan pemeriksaan laboratorium kecuali dicurigai merupakan gejala dari kondisi medis yang lebih serius. Tes lab yang dilakukan akan sangat bergantung dari kondisi medis yang dicurigai.
Penanganan Cegukan
Dilakukan Sendiri
- Ditengarai bila terjadi penumpukan CO2 dalam darah dapat menghentikan cegukan. Sehingga yang dapat dilakukan sebagai tindakan awal adalah menahan nafas.
- Minum segelas air secara cepat. Ini akan membantu menghilangkan refleks yang terjadi pada otot esofagus.
- Minum air gula kental atau madu satu sendok makan sekaligus dapat menghilangkan cegukan yang terjadi karena adanya respons terhadap glukosa yang masuk ke dalam tubuh.
- Karena dapat terjadi akibat rangsangan nervus vagus, maka kondisi terkejut atau dikejutkan dapat menghilangkan cegukan.
Dilakukan Dokter
Tindakan yang diberikan oleh dokter akan tergantung seberapa parah cegukan yang dialami. Sbb:
- Untuk kondisi cegukan yang lebih dari 2 hari dokter biasa memberikan obat Chlorpromazine.
- Kemudian dapat juga diberikan obat-obat anti kejang seperti Phenytoin.
- Bila obat-obatan ini gagal, dokter dapat melakukan tindakan anesthesia untuk memblok kerja nervus phrenic (saraf yang mengontrol diafragma).
- Ada laporan pasien yang diberikan stimulator elektronik pada nervus vagus-nya yang ditanam melalui tindakan operasi.
Terakhir yang paling invasif adalah tindakan operasi untuk menghentikan kerja dari nervus phrenic.