Stasiun Klimatologi Jawa Barat Ajak Petani Cabai di Sukamakmur Belajar Cuaca dan Iklim

K-LITE FM BANDUNG,- Senin (13/03) Bertempat di Barokah Edu Village, Stasiun Klimatologi Jawa Barat mengadakan Sekolah Lapang Iklim (SLI). Kegiatan sekolah lapang ini dihadiri oleh Drs. H. Mulyadi, M.M. selaku anggota Komisi V DPR RI, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Bogor, Koordinator BMKG Prov. Jawa Barat Stasiun Geofisika Bandung, Kepala Stasiun Meteorologi Citeko, Kepala Balai Penyuluh Pertanian Kec. Jonggol, Kepala Kantor Kecamatan Sukamakmur, Danramil Sukamakmur, Kapolsek Sukamakmur, serta Kepala Desa Sukadamai.

Indra Gustari selaku Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Barat menyampaikan bahwa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sejak tahun 2011 telah menyelenggarakan kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) secara bertahap di provinsi sentra pangan Indonesia sebagai bentuk pendekatan literasi iklim guna mengurangi resiko iklim ekstrim.

Aktivitas SLI memberikan literasi iklim berbasis pembelajaran modul serta mengawal pemanfaatannya di sektor pertanian selama satu musim tanam pada komoditas sesuai daerah dan berbasis kebutuhan riil informasi iklim pada sektor pertanian atau dinamakan SLI Operasional (SLI-O). Literasi berguna sebagai respon adaptasi terhadap perubahan iklim dengan meningkatkan kapasitas para penyuluh-petani terhadap kondisi iklim dan cara mengatasinya.

SLI-O yang dibuka langsung oleh Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Barat dan berlokasi di Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor ini berfokus pada komoditas tanaman cabai. Seperti yang kita ketahui tanaman cabai merupakan komoditas strategis dan memiliki nilai ekonomis tinggi serta ketersediaan dan harganya sangat berpengaruh pada inflasi dan perekonomian nasional.

Djabariah menambahkan bahwa SLI-O Bogor diikuti oleh 30 peserta yang terdiri atas gabungan kelompok tani, PPL/POPT dan LSM yang berasal dari 7 Desa Sinarjaya, Sukadamai, Sukamulya, Wargajaya, Sukamakmur, Pabuaran dan Sukamaju.

Peserta mengawali kegiatan dengan pemaparan materi oleh Arifin Tasrif dari Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor. Peserta diberikan pemahaman berupa mitigasi pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terkait dengan budidaya tanaman cabai.

Sebelum melanjutkan sesi berikutnya, peserta diwajibkan mengerjakan pre-test untuk mengetahui materi yang akan diulas lebih dalam oleh pemateri. Prakirawan Stasiun Klimatologi Jawa Barat, Dhiyaur Rohman memberikan pemaparan tentang alat ukur cuaca disertai praktik pengukuran jumlah curah hujan agar peserta lebih memahami materi yang diberikan.

Pengenalan Informasi dan Prakiraan Iklim yang diberikan oleh Amrya Khaerima serta Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem oleh Leni J Haswan menambah keilmuan peserta dengan cara yang interaktif membentuk kelompok kecil. Selain itu, peserta dapat diskusi dan kerjasama dengan kelompoknya untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pemateri.

Acara ditutup dengan post-test untuk memperoleh kompetensi akhir, seberapa banyak peserta menguasai materi yang sudah disampaikan. Apresiasi diberikan kepada dua peserta dengan nilai tertinggi, dilanjutkan dengan prosesi penutupan dan doa bersama.

“Peran SLI-O lebih luas dengan menggandeng stakeholder yang relevan terkait pertanian mulai dari hulu hingga hilir seperti sektor air, teknologi praktis pertanian, sektor market menuju entrepreneur (Wirausahawan),” pungkas Indra.