Indonesia & Malaysia Vs Uni Eropa Semakin Sengit Soal Sawit
K-LITE FM BANDUNG,- Indonesia-Malaysia mungkin akan semakin membatasi pasokan minyak nabati global. Kombinasi kedua hal itu bisa semakin menekan warga UE yang setahun terakhir tercekik lonjakan kenaikan harga
Di tengah proses perundingan dagang ASEAN-Uni Eropa dan Indonesia-Uni Eropa, ketegangan meningkat gara-gara sawit. Indonesia-Malaysia kompak menilai Uni Eropa sengaja mendiskriminasi sawit dan produk turunannya. Brussels berulang kali membantah tudingan itu. Jakarta-Kuala Lumpur kompak memberikan pukulan terbaru kepada Uni Eropa (UE) dan konsumen sawit global. Kamis (12/1/2023), Malaysia mengumumkan akan menghentikan ekspor sawit ke UE. Sebab, aturan UE soal perlindungan hutan dan konsumsi minyak nabati dinilai mendiskriminasi industri sawit.
”Kami bisa saja berkomunikasi dengan pakar di luar negeri untuk menghadang apa pun langkah UE. Pilihan lainnya, menghentikan ekspor ke Eropa lalu fokus ke negara lain kalau mereka (UE) selalu menyulitkan kami mengekspor ke sana,” kata Wakil Perdana Menteri Malaysia Fadhillah Yusof.
Ancaman ini bisa menyulitkan UE yang masih mengonsumsi hampir 8 juta ton minyak sawit per tahun. Sumber terbesar minyak sawit UE berasal dari Indonesia-Malaysia. Dalam berbagai kesempatan, diplomat UE di Jakarta dan Kuala Lumpur menyanggah menarget negara tertentu soal aturan deforestasi dan konsumsi minyak nabati. Aturan itu disebut bagian dari perlindungan konsumen dan lingkungan hidup global. Pejabat UE di Brussels juga berulang kali menyatakan hal senada. Pernyataan ini disampaikan di sela-sela proses perundingan dagang Indonesia-UE dan ASEAN-UE pada 2021. Sampai sekarang, perundingan itu belum menunjukkan tanda-tanda akan rampung. Padahal, perundingan Indonesia-UE sudah berlangsung lebih dari 10 putaran.
Dengan dukungan UE, sejumlah perguruan tinggi Indonesia mengeluarkan hasil penelitian. Beragam penelitian itu menyimpulkan perjanjian dagang tersebut bisa menambah beberapa miliar dollar AS pada produk domestik bruto Indonesia. Sawit dan ekspor mineral menjadi salah satu alasan perjanjian itu tidak kunjung disepakati. Duet Indonesia-Malaysia menghasilkan 84 persen minyak sawit global. Indonesia-Malaysia juga sumber ekspor 89 persen minyak sawit global. Hingga 42 persen pangsa pasar minyak nabati global diisi sawit. Dengan porsi 31 persen, minyak kedelai menempati peringkat kedua kebutuhan minyak nabati global. Sisanya diisi minyak biji bunga matahari dan minyak bit.
Fadhillah tidak hanya mengancam menghentikan ekspor dari Malaysia. Ia mengumumkan akan berkoordinasi dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto untuk mendorong langkah bersama Indonesia-Malaysia soal sawit. Dalam lawatan ke Indonesia pekan lalu, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan Indonesia-Malaysia akan bersama menghadapi diskriminasi sawit oleh sejumlah negara. Lawatan Fadhillah ke Indonesia bersamaan waktunya ketika Indonesia mulai memberlakukan batasan baru kandungan minyak sawit di biodiesel. Mulai 1 Februari 2023, biodiesel Indonesia harus mengandung sekurangnya 35 persen minyak sawit.
Keputusan itu akan membutuhkan hingga 11,4 juta ton minyak sawit. Tahun lalu, Indonesia mengonsumsi 9,6 juta ton untuk menjalankan kewajiban kandungan 30 persen minyak sawit di biodiesel. Peningkatan konsumsi untuk biodiesel di dalam negeri dipastikan memangkas jumlah ekspor Indonesia. Pada 2022, Indonesia mengekspor 33,7 juta ton minyak sawit. Tahun ini, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menaksir ekspor Indonesia hanya 26,4 juta ton. Pemangkasan ekspor oleh Indonesia ditambah potensi penghentian ekspor ke UE oleh Malaysia bisa menaikkan harga minyak nabati global. Sepanjang 2022, minyak nabati menjadi komoditas dengan kenaikan harga tertinggi di pasar global karena Indonesia menghentikan ekspor di tengah kenaikan harga minyak goreng domestik.
Sementara pasokan minyak biji bunga matahari berkurang gara-gara perang Rusia-Ukraina. Dari hingga 21 juta ton kebutuhan minyak biji bunga matahari global, 11,7 juta ton berasal dari Ukraina-Rusia. Duet Kyiv-Moskwa memasok 76 persen minyak biji bunga matahari ke pasar ekspor. Perang membuat pasokan itu tersendat.
Sampai sekarang, perang belum berakhir dan Indonesia-Malaysia mungkin akan semakin membatasi pasokan minyak nabati global. Kombinasi kedua hal itu bisa semakin menekan warga UE yang setahun terakhir tercekik lonjakan kenaikan harga aneka kebutuhan hidup. (REUTERS/RAZ)