Setelah Dihajar PSM, Apa yang Harus Dilakukan Luis Milla?
K-LITE FM,– Sebuah revelasi terhampar tatkala Persib Bandung dilumat habis oleh PSM Makassar dengan margin 4 gol. Komposisi pemain yang digaji sedemikian tinggi dan berlabel bintang dibuat tidak berdaya ketika harus bertandang ke Stadion Gelora B.J Habibie pada Senin, 29 Agustus, 2022. Rentetan hasil buruk yang membuat Robert Alberts dipecat berpotensi kembali menyeruak ke permukaan karena inkonsistensi Persib di bawah asuhan caretaker Budiman Yunus yang mencatatkan 2 kemenangan melawan PSIS Semarang (2-1) dan PSS (0-1), serta 2 kekalahan saat menghadapi juara bertahan Bali United (2-3) dan PSM (5-1).
Beruntung, dewi fortuna sedang memihak arsitek baru Febri Hariyadi dkk, Luis Milla Aspas, yang tiba-tiba mengalami demam sebelum pertandingan berlangsung. Sangat memalukan apabila debut pelatih asal Spanyol tersebut harus berakhir dengan kekalahan telak dari Yakob Sayuri dkk. Sang entrenador kelahiran Teruel, Spanyol ini baru akan menjalani debut saat Persib menghadapi RANS Nusantara pada Minggu, 4 September, 2022.
Bernardo Tavares, pelatih PSM Makassar asal Portugal, memang berbeda dengan mayoritas pelatih asing yang ada di Indonesia. Eks analisator pertandingan dari Real Madrid tersebut tidak hanya menitikberatkan dan mengandalkan sumbangsih dari pemain asing ataupun naturalisasi seperti yang dilakukan Robert Alberts, eks pelatih Persib sebelumnya, ataupun oleh banyak pelatih-pelatih asing lainnya. Pelatih kelahiran Proenca-a-Nova ini adalah seorang pelatih yang sanggup memberikan pemahaman-pemahaman tertentu kepada para pemainnya, tidak hanya sekadar bertumpu pada pemain asing, lalu setelah itu melepas tangan. Ia bahkan sukses memandu dan memberikan instruksi-instruksi jitu kepada para pemain asli Makassar ataupun pemain muda binaan klub seperti Agung Mannan (bek tengah), Muhammad Arfan (gelandang bertahan), Ananda Raehan (gelandang bertahan), dan Dzakry Asaf (pemain sayap) yang tampil penuh semangat saat hendak mengimplementasikan sepak bola dengan intense pressing yang dikehendaki oleh Tavares.
Sederet pemain muda PSM lainnya juga tampil gigih dan menjadi “hulubalang-hulubalang” yang luar biasa bagi seorang Wiljan Pluim, maestro asal Negeri Kincir Angin yang juga sekaligus menjabat sebagai kapten di tim berjuluk Juku Eja tersebut. Mereka berlari, menekan, membuka ruang, dan dengan cekatan mengkreasikan banyak peluang dari berbagai zona, termasuk skema tendangan jarak jauh yang dilakukan oleh Yakob Sayuri dan berbuah 2 gol. Pemain sayap asal Kabupaten Yapen, Provinsi Papua tersebut, sukses mengeksploitasi kelengahan Persib di sektor bek sayap kanan yang ditempati oleh Bayu Fiqri. Kedua gol yang ia catatkan lahir di menit-menit awal pertandingan, yaitu di menit ke-2 babak pertama dan di menit ke-6 babak kedua.
Kendati tidak bisa tampil dengan Everton Nascimento, striker asal Brazil yang performanya sedang diapresiasi oleh banyak netizen sepak bola di Indonesia saat ini bersama Matheus Pato dari Borneo FC, tim yang sudah berdiri sejak tahun 1915 ini tidak gentar dengan nama besar yang mengisi skuad klub berjuluk Pangeran Biru tersebut. Ramadhan Sananta, yang masih berusia 19 tahun, sukses menorehkan 2 gol meski lini belakang Persib dihuni oleh pemain berlabel timnas seperti Rachmat Irianto dan kapten kawakan, Achmad Jufriyanto. Striker muda yang juga sempat memperkuat Persikabo 1973 ini, rasa-rasanya, adalah harapan baru bagi persepakbolaan Indonesia yang sering dikritisi karena kurang bisa melahirkan striker-striker dengan kualitas mumpuni.
Pemain-pemain tengah PSM juga relatif mampu menutup pergerakan Marc Klok dan Ricky Kambuaya, yang notabene juga berlabel timnas, meski sebenarnya ruang engine room dari tim berjuluk Ayam Jantan dari Timur tersebut dihuni oleh pemain-pemain muda seperti Ananda Raehan yang masih berusia 18 tahun, dan Muhammad Arfan yang berusia 24 tahun. Stigma tersebut layak disematkan apabila melihat data statistik yang ada, karena dari 446 operan yang dilakukan Persib, hanya 372 yang terkonversi dengan baik (83%). Jumlah dan akurasi operan tersebut memang lebih banyak ketimbang PSM, yang mencatatkan 231 operan sukses dari 310 kali percobaan (74%). Namun, membaca statistik tanpa konteks adalah dusta, karena itulah kita bisa menyimpulkan bahwa jumlah operan yang lebih banyak tadi tidak berarti karena terdiri dari banyak operan-operan ke belakang, apalagi skor akhirnya adalah 5-1.
Sepak bola memang bisa didekati dengan berbagai pendekatan, skema menyerang memang banyak diimajinasikan sebagai bentuk sepak bola paling ideal, pun layak diterapkan apabila memang komposisi pemain yang ada mendukung secara taktikal. Namun, bermain bertahan dan secara rutin mengandalkan serangan balik yang dibumbui dengan sejumput pemahaman taktik atau instruksi pressing secara konstan, juga bukanlah hal yang tabu.
Ironisnya, Persib tidak sedang memainkan keduanya, benar-benar tidak sedang memainkan keduanya. Lini belakang memainkan garis pertahanan yang rendah, 2 bek sayap hidup segan mati tak mau, pun kedua winger yang sukses dikebiri dan tidak diberikan banyak ruang untuk merangsek ke pertahanan lawan, yang memang secara padat diproteksi oleh 3 bek tengah dan 3 gelandang bertahan. David da Silva, yang sejauh ini sudah membukukan 6 gol, juga tidak berkutik di hadapan Yuran Fernandes dan kolega.
Terbukti, jumlah 6 umpan silang yang ditorehkan oleh pemain-pemain sayap Persib tidak ada satupun yang presisi. Winger seperti Febri Haryadi ataupun Ciro Alves, yang ditopang oleh Kambuaya dan Klok di lini tengah, juga hanya mampu mencatatkan 4 peluang atau chances created, jumlah yang sangat menyedihkan apabila melihat PSM yang sanggup mencatatkan 13 peluang meskipun tampil dengan tiga gelandang bertahan dan satu playmaker klasik seperti Wiljan Pluim. Sebuah arketipe yang sudah jarang kita jumpai sejak Juan Roman Riquelme memutuskan untuk gantung sepatu di tahun 2015 bersama kesebelasan berjuluk El Bicho dari negeri Tango, Argentinos Juniors.
Jangan lupakan juga kiper berusia 40 tahun bernama I Made Wirawan. Penampilan kiper asal Kabupaten Gianyar, Bali ini layak diapresiasi oleh pendukung tim tuan rumah, karena berkat andil besarnyalah PSM bisa mencetak 5 gol. Semua gol dari finalis AFC Cup zona ASEAN di tahun 2022 tersebut menghujam deras ke gawang Made Wirawan dengan proses yang hampir sama: bola melesat tidak jauh dari upaya tangakapan atau tepisan dari kiper bernomor punggung 78 tersebut, yang apabila kita simpulkan, refleks menjadi persoalan bagi eks penjaga gawang yang sempat memperkuat tim Beruang Madu, Persiba Balikpapan tersebut.
Apa yang Harus Dilakukan Luis Milla untuk Pertandingan-pertandingan Selanjutnya?
Pertama-tama, izinkan penulis menegaskan bahwa posisi terbaik dari Rachmat Irianto adalah gelandang bertahan. Kita tidak perlu memiliki lisensi kepelatihan UEFA Pro ataupun AFC Pro untuk memahami bahwa digesernya posisi Irianto dari bek tengah ke gelandang bertahan oleh Shin Tae-Yong adalah satu indikasi yang harus dimengerti. Artinya, Irianto dianggap tidak lebih baik dari Fachruddin Aryanto, Alfeandra Dewangga, ataupun Rizky Ridho oleh pelatih asal Korea Selatan tersebut.
Sebaliknya, jika kita bisa secara jeli menilik perspektif yang ada dari sisi yang lain, Rachmat Irianto yang notabene menjadi langganan di lini tengah tim nasional Indonesia, secara de facto, telah menyingkirkan nama-nama dengan reputasi mentereng seperti Zulfiandi, Bayu Pradana, Hanif Sjahbandi, ataupun Hargianto. Keempat nama yang penulis sebut tadi adalah langganan called-up skuad Garuda sebelum Shin Tae-Yong ditunjuk sebagai pelatih timnas.
Kita juga tidak perlu berbusa-busa berbicara mengenai taktik ataupun strategi jika logika sederhana ini sudah terpahami dengan baik. Apalagi, pelatih Persib saat ini, Luis Milla, pernah memberikan pujian kepada Rachmat Irianto saat pemain bernomor punggung 53 tersebut bermain di tim nasional U-23 sebagai bek tengah. Kala itu, Irianto yang sedang menjalani salah satu sesi pemusatan latihan bersama timnas di tahun 2018, dianggap memiliki visi bermain yang bagus. Meskipun pujian Milla dilontarkan ketika pemain kelahiran Surabaya ini masih bermain sebagai bek tengah, eks pelatih Lugo dan Real Zaragoza di negeri Matador tersebut telah menyadari bahwa yang bersangkutan memang memiliki pemahaman sepak bola yang baik. Dengan memahami bahwa ia sudah memiliki pemain pintar yang sukses menyingkirkan nama-nama besar di lini tengah timnas Indonesia saat ini, seharusnya Irianto bisa semakin berkembang di bawah arahan Milla, apalagi keduanya memang sempat bersama-sama.
Secara atribusi, Irianto memang boleh dikatakan satu level diatas Zulfiandi, pemain kelahiran Aceh yang sangat diandalkan oleh Luis Milla. Jika Zulfiandi adalah seorang metronom lini tengah yang terampil dalam melakukan operan-operan progresif dan operan satu atau dua sentuhan, putra Bejo Sugiantoro yang diikat Persib selama 3 musim ini adalah seorang gelandang bertahan yang tidak hanya memiliki operan-operan progresif, melainkan juga memiliki militansi dan piawai dalam melakukan intersep, tekel, maupun “pekerjaan-pekerjaan kotor” yang bisa sering kita saksikan ketika ia memperkuat timnas, terutama saat Piala AFF 2020 yang secara unik dihelat di tahun 2021 karena pandemi.
Sebelum Indonesia harus mengakui keunggulan dan perbedaan kelas dari Thailand di Final Piala AFF 2020, Rachmat Irianto menunjukkan statistik yang sangat baik. Dilansir dari Opta, ia sukses mencatatkan 90% tekel sukses, 3 kali memblok tembakan lawan, 6 kali melakukan sapuan, 5 kali melakukan intersep, dan 5 umpan kunci (salah satu yang paling vital adalah saat gol penyama kedudukan Indonesia saat menghadapi Malaysia). Sedangkan untuk akurasi kemenangan dalam perebutan duel bola di udara adalah sebesar 54,5 persen. Statistik yang cukup baik bagi pemain yang baru sekali memainkan peran sebagai gelandang bertahan di Persib musim ini, yaitu ketika menghadapi PSIS Semarang, itupun hanya di babak pertama. Di babak kedua, ia tampil di posisi bek sayap kanan, yang mana Dedi Kunandar tampil sebagai gelandang bertahan sejak masuk ke lapangan di menit ke-46.
Kenyataan bahwa Persib baru sekali memainkan Rachmat Irianto sebagai gelandang bertahan memang layak dijadikan pertanyaan besar. Dengan kapabilitas yang dimiliki Irianto, sebenarnya Luis Milla hanya tinggal memberikan instruksi-instruksi khusus kepada 2 pemain yang di atas kertas berada di sekitar Rachmat Irianto dalam formasi 4-2-3-1 atau 4-3-3, yaitu Marc Klok dan Ricky Kambuaya. Keduanya adalah pemain kelas satu di Indonesia meski bukan pemain bertipe nomor sepuluh murni. Sekadar pembanding, ketidakhadiran pemain dengan tipikal “nomor 10 murni” juga dialami oleh kesebelasan Liverpool arahan Jürgen Klopp, toh situasi tersebut tidak berpengaruh banyak, karena gegenpressing milik manajer kelahiran Stuttgart ini memang tidak memerlukan pemain dengan jenis gaya bermain tersebut untuk merengkuh banyak trofi dan kemenangan.
Berdasarkan contoh di atas, suatu kesebelasan terbukti bisa menampilkan performa terbaik di lapangan, meski bermain tanpa pemain dengan tipe nomor 10 murni. Bahkan memang sudah jarang ditemukan pemain dengan tipikal tersebut di berbagai liga di Asia, Amerika Latin ataupun Eropa. Kebutuhan untuk mendulang sebanyak-banyaknya poin di era sepak bola modern, akan terasa mubazir jika bermain hanya untuk mengakomodir 1 pemain di lapangan, begitulah premis yang ada.
Satu hal yang menarik, apapun skema dan formasi yang diusung, bermain dengan pola 3 bek tengah atau menggunakan sistem backfour, 17 kesebelasan-kesebalasan di Liga 1 musim 2022/23 memiliki satu kesamaan yang dianut secara gotong-royong: Satu gelandang asing yang ditugaskan sebagai orkestrator serangan. Ketujuh-belas tim di strata tertinggi kompetisi Indonesia ini memiliki setidaknya satu pemain asing untuk menentukan permainan dan memandu tim dalam melakukan transisi ke penyerangan ataupun sebaliknya.
Hanya Persib yang tidak berinvestasi pada perekrutan gelandang asing, karena di detik-detik akhir menjelang ditutupnya bursa perpindahan pemain, kesebelasan yang terakhir kali menjuarai Liga Indonesia di tahun 2014 ini memutuskan untuk mendatangkan Daisuke Sato. Ia adalah seorang bek kiri yang masih aktif bermain tim nasional Filipina, meskipun jika merujuk dari data di situs Transfermarkt, eks pemain Muangthong United ini memiliki riwayat cedera parah dan harus menjalani waktu pemulihan selama 223 hari.
Kembali ke persoalan lini tengah, seharusnya bukan persoalan yang sulit untuk melakukan reaksi taktikal terhadap satu hal template terhadap 17 kompetitor lain di Liga 1. Rachmat Irianto sangat kapabel jika hendak ditugaskan oleh Luis Milla untuk menghentikan satu gelandang asing di tim lawan, yang kemungkinan besar, akan ditemui di setiap laga. Setelah itu inisiasi serangan bisa ia bangun lewat operan-operan progresif ataupun dengan cara menggiring bola sesaat setelah melakukan recovery runs yang disertai dengan aksi-aksi defensif lainnya seperti melakukan tekel ataupun intersep.