Fungsi Evaluasi dalam Perusahaan Shifting From Start Up To Corporate Entrepreneurship:
Meriza Hendri Selasa, 13 Februari 2024
Rumah BUMN Cirebon Bagi setiap founder, tentu yang diharapkan dari karyawan adalah bagaimana mereka bisa berkontribusi pada perbaikan dalam…
- SHIFTING FROM START UP TO CORPORATE ENTREPRENEURSHIP: JALANKAN PEKERJAAN SEBAGAI IBADAH
- SHIFTING FROM START UP TO CORPORATE ENTREPRENEURSHIP: KONSISTEN
- SHIFTING START UP TO CORPORATE ENTREPRENEURSHIP: MANAJEMEN & KARYAWAN DISIPLIN
Bagi setiap founder, tentu yang diharapkan dari karyawan adalah bagaimana mereka bisa berkontribusi pada perbaikan dalam perusahaan setelah dilakukan evaluasi atas realisasi dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan manajemen perusahaan. Perbaikan terus menerus adalah tindak lanjut dari evaluasi yang dilakukan dan ini akan mendorong karyawan bisa berfikir stratejik sesuai yang diharapkan oleh manajemen dan founder.
Ketika aktivitas evaluasi sudah dilakukan, ada kondisi target sama dengan realisasi, target dibawah realisasi atau target diatas realisasi. Tentu semua harus dicari akar masalahnya untuk bisa dilakukan perbaikan, baik dalam konteks keuangan, pemasaran, operasi sampai dengan sumber daya manusia serta teknologi informasi, yang sangat berhubungan dengan apa yang dijalankan oleh perusahaan tersebut. Jadi, setiap karyawan memberikan pemikiran terbaik mereka untuk perbaikan terus menerus di perusahaan pada umumnya dan fungi manajemen pada khususnya.
Bagi founder, ketika mereka akan melakukan shifting dari start up ke corporate entrepreneurship, keterlibatan karyawan utnuk bisa berfikir stratejik dengan melakukan perbaikan terus menerus, sangat menentukan kualitas berfikir stratejik tersebut. Oleh karena itu, tuntutan bagi setiap founder adalah meningkatkan kemampuan berfikir stratejik karyawan dan bisa dilakukan melalui konsep perbaikan terus menerus.
Bicara perbaikan terus menerus, jelas sangat berhubungan dengan bagaimana karyawan dapat berfikir stratejik dimana mereka harus bisa melihat jauh kedepan berbasis kepada lingkungan internal dan eksternal dengan menetapkan strategi yang tepat. Konsep perbaikan terus menerus akan memberikan kemampuan berfikir kritis, kreatif dan inovatif sehingga diperlukan pengembangan kemampuan berfikir.
Perbaikan terus menerus berawal dari akar masalah yang ditemukan ketika melakukan evaluasi tersebut. Dalam konteks keuangan, terjadi cashflow yang tidak teratur sehingga founder mengajarkan karyawan untuk mencari akar masalahnya, misalnya penarikan piutang yang terlambat dilakukan oleh bagian keuangan. Dari sini, founder mengajarkan karyawan untuk berfikir rkeatif dan inovatif bagaimana bisa melakukan penagihan kepada konsumen sehingga mendaptkan cash in dan mengelola keuangan perusahaan melalui arus kas yang baik.
Perbaikan terus menerus pada fungsi pemasaran seperti bauran pemasaran yang tidak memdapatkan respon yang optimal dari konsumen. Tentu ini merupakan gap yang harus dicarikan akar masalahnya oleh founder dan karyawan. Dari akar masalah tersebut, dilakukan perbaikan terus menerus yaitu sejauh mana program bauran pemasaran tersebut sesuai dengan target pasar yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan.
Bagaimana dengan perbaikan terus menerus di fungsi operasi yaitu supplier, input, process dan customer. Seperti masih banyaknya produk yang mengalami kerusakan alias defect. Target defect adalah 2% akan tetapi realisasinya 10% yang pastinya berdampak kepada kienrja produk dan menambah biaya perusahaan. Akar masalahnya apa? karena SOP yang belum ada sehingga karyawan tidak memiliki standar kerja. Oleh karena itu, perbaikan yang dilakukan adalah pembuatan SOP dan dijalankan di perusahaan.
Nah, terakhir adalah manajemen sumber daya manusia atau karyawan. Ada permasalahan seperti tingginya turn over karyawan dan dampaknya bagi perusahaan adalah produktivitas karyawan menurun sementara biaya meningkat. Akar masalahnya apa? Misal lemahnya pengelolaan karyawan di perusahaan sehingga perbaikan yang dilakukan adalah peningkatan kompetensi manajer perusahaan serta SOP pengelolaan karyawan. Inilah yang perlu dilakukan oleh para founder untuk meningkatkan kemampuan berfikir karyawan dengan model continues improvement alias kaizen.